Kesucian

HARAPAN PASCA RAMADLAN

Oleh: Abid Rohmanu, M.H.I.

 

Ma’ashiral Muslimin wa al-Muslimat Jama’ah sholat Jum’at rahimakumullah

Pada khutbah jum’ah ini, saya ingin berwasiat kepada diri saya pribadi dan kepada hadirin semua, marilah kita senantiasa meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah swt dengan senantiasa mentaati segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Dengan demikian semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua, amin.

Selanjutnya, marilah kita panjatkan rasa syukur kita kepada Allah atas nikmat yang diberikan kepada kita sehingga kita masih diberi kesempatan melaksanakan ibadah mingguan kita, ibadah shalat jum’at.

Hadirin hadirat jama’ah sholat jum’at yang dimuliakan Allah ….  belum berselang lama kita kita meninggalkan bulan Ramadhan dengan segenap aktivitas ibadah di dalamnya, dan hari-hari ini kita masih diliputi dengan suasana ‘Idul Fitri, karenanya masih relevan jika kita merefleksikan kembali kedua momen tersebut, hikmah  ramadhan dan Idul Fitri.

Jama’ah Jum’at yang berbahagia … sebulan penuh kita ditempa melalui ritual ibadah puasa dan ibadah-ibadah lain baik dalam bentuk ibadah yang bersifat vertikal (mahdlah) menyangkut hubungan kita dengan Allah ataupun ibadah yang bersifat horizontal, yakni ibadah-ibadah sosial, kebaikan kita kepada orang yang membutuhkan, yang semuanya kita dedikasikan kepada Allah swt. Semua ibadah tersebut  pada dasarnya merupakan sebuah proses penyucian jiwa kita, sebuah proses penempatan kodrat kemanusiaan kita, sebuah fase “kepompong” menjadi “kupu-kupu”, sebuah proses yang melibatkan segenap jiwa raga agar mencapai hasil yang maksimal, manusia muttaqien.

Selama bulan ramadlan, jiwa, ruh dan hati umat Islam benar-benar di asah dan dilatih dengan amal-amal kebajikan, sehingga diharapkan hati umat Islam yang merupakan wadah ketaqwaan semakin terbuka lebar untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas ketaqwaan, kualitas fitrah kemanusiaan sehingga kita lebih sensitif dengan  nur ilahi, lebih responsif terhadap problem-problem kemanusiaan di sekitar kita dan lebih dapat mengembangkan moralitas/akhlak kita. Dengan adanya peningkatan kualitas kemanusiaan ini, tentu ibadah-ibadah di bulan ramadlan tidak hanya menjadi sekedar rutinitas tahunan, akan tetapi benar-benar menjadi momen penempaan jati diri umat Islam sebagai hamba Allah yang mempunyai hasil nyata dalam kehidupan ini.

Harapan kita, kita masih bisa dipertemukan kembali dengan bulan Ramadlan tahun depan. Sungguh berat perpisahan dengan bulan Ramadlan bagi orang muttaqien, ini sebagaimana do’a yang dipanjatkan Imam Ali Zainal Abidin saat berpisah dengan abulan ramadlan :

Selamat jalan duhai Ramadlan/Kami sedih atas kepergianmu/Kami duka atas perpisahan denganmu/Kau temani kami dengan kesetiaan/Kau alirkan keberkahan dan rahmat ilahi/Kau hancurkan noda-noda dosa/Kau ganti penderitaan dosa dengan pengampunan ilahi/semoga kita berjumpa kembali tahun depan/Sampaikan salam kepada Rasulullah saw dan keluarganya.

Jama’ah Jum’at yang berbahagia … Ramadlan yang baru kita lalui pada dasarnya adalah, selain mendidik menjadi manusia muttaqien, juga  mendidik kita untuk menjadi mukmin sejati. Rasulullah dalam hal ini menyebutkan ciri-ciri seorang mukmin yang mengagumkan:

Menakjubkan urusan orang beriman, sesungguhnya semua urusannya baik baginya dan tidak ada yang demikian itu bagi seseorang selain mukmin. Kalau ia memperoleh kesenangan ia bersyukur dan itu lebih baik baginya. Kalau ia ditimpa kesusahan, ia sabar dan itu baik baginya. (HR. Ahmad dan Muslim).

Upaya  dan latihan Ramadlan ini diharapkan akan memberi pengaruh kepada kaum muslimin dalam mengubah pola hidup yang cenderung dikuasai oleh prinsip hidup “semau gue”, prinsip hidup yang bersifat hedonis dan hanya mengejar kenikmatan yang bersifat fisik, menuju pola hidup yang cenderung pada fitrah dan kesucian manusia manusia. Prinsip hidup yang didasarkan pada nilai-nilai fitrah dan kesucian selaras dengan nilai-nilai ilahi. Allah swt Maha Suci, dan hanya mungkin dihampiri dan didekati oleh manusia-manusia yang mempunyai nilai-nilai kesucian. Manusia yang mempunyai nilai kesucian yang hanya bisa kembali kepada Allah yang Suci. Pada titik inilah makna kita ber-‘Idul Fitri, kembali kepada kesucian.

Jama’ah Jum’at yang berbahagia … Bagi muslim yang diterima puasanya karena mampu menundukkan hawa nafsunya dan mengoptimalkan ibadah baik yang vertikal maupun yang horizontal dengan penuh keikhlasan, maka Idul Fitri adalah hari kemenangan sejati. Allah swt akan memberikan penghargaan yang tiada tara, yakni ridha dan maghfirah-Nya. Hakikat idul fitri adalah meraih kemenangan sejati, saat fitrah kemanusiaan menjadi indikator bagi setiap amal perbuatan kita. Fitrah manusia harus mampu mengoreksi  dan mengantikan materi keduniawiaan, keserakahan dan ketamakan harta, kebengisan kekuasaan dan ketidakpedulian terhadap sesama serta keculasan dalam ber-mu’amalah. Karena itu sebaik-baik fitrah adalah kembali kepada agama Allah, sebagaimana difirmankan dalam surat al-Rum: 30 :

Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah) atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (itulah) agama yang lurus: akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.

Idul fitri merupakan momen Kembali kepada fitrah yang  sering kali diungkapkan dengan “terlahir kembali”. Idul fitri merupakan momentum bagi manusia muslim untuk langkah awal menuju kehidupan yang lebih baik. Akan tetapi harus disadari bahwa Idul Fitri bukanlah sesuatu yang akhir. Masih akan ada perjuangan besar yang harus dilalui sesudahnya. Hal ini seperti pernah diisyaratkan oleh Rasulullah saw usai perang badar : bahwa usai perang kecil (badar) akan ada perang besar, yakni perang  melawan diri sendiri, perang melawan hawa nafsu manusia yang cenderung bersifat destruktif.

Akhirnya, idul fitri bukanlah sekedar waktu untuk meluapkan kegembiraan dan kesuakaan belaka, akan tetapi merupakan momentum untuk koreksi diri, momentum untuk menjadi lebih baik sebagaimana bulan syawwal yang dimaknai sebagai bulan peningkatan.

Jama’ah jum’at yang berbahagia, sebagai kata akhir, kita panjatkan do’a semoga Allah senantiasa mencurahkan rahmat-Nya kepada kita semua, mengaruniakan maghfirah-Nya dan semoga kita dipertemukan kembali dengan bulan ramadlan dan idul fitri tahun depan, amin.

One thought on “Kesucian

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

%d bloggers like this: