Filsafat sering dianggap sebagai disiplin yang kurang populer. Hal ini karena banyak orang menganggap filsafat sebagai kajian yang berat, abstrak, dan tidak terkait langsung dengan masalah praktis. Filsafat kerap dilihat sebagai olahraga intelektual semata, tanpa relevansi dengan kehidupan sehari-hari. Pandangan ini muncul karena adanya jarak antara ide-ide konseptual dan aplikasinya dalam dunia nyata.
Namun, sejarah menunjukkan bahwa berbagai perubahan sosial selalu dimulai dari gagasan besar yang lahir dari pemikiran filosofis. Realitas sosial dikonstruksi dari ide dan gagasan. Contoh sederhana adalah keberadaan lembaga pendidikan tinggi seperti UIN, yang tidak terlepas dari filsafat tentang hubungan antara ilmu pengetahuan umum dan ilmu agama—yakni filsafat integrasi keilmuan.
Secara praktis, filsafat berhubungan dengan cara dan metode berpikir. Meskipun setiap orang bisa berpikir, tidak semua pemikiran bersifat filosofis. Pemikiran filosofis dicirikan oleh sifatnya yang radikal (mendalam dan sampai pada akar makna) dan spekulatif-kritis (mencari alternatif baru). Berpikir filosofis juga menuntut rasionalitas dan penggunaan logika yang sistematis.
Artikel ini ingin menunjukkan bagaimana filsafat bisa bersifat praktis, terutama dalam hal berpikir dan menalar, yang diwujudkan dalam bentuk tulisan. Salah satu buku yang menjadi acuan utama dalam hal ini adalah How to Write a Philosophy Paper karya James S. Stramel, yang telah diterjemahkan oleh Agus Wahyudi dengan judul Cara Menulis Makalah Filsafat (Pustaka Pelajar, 2009).
Filsafat sebagai Metode
Filsafat lebih tepat disebut sebagai metode berpikir daripada sekadar kumpulan materi yang harus dibaca dan dihafal. Menurut James A. Stramel, filsafat berkaitan dengan cara kita berpikir tentang dunia dan tentang pemikiran kita sendiri. Segala hal bisa menjadi objek kajian filsafat, mulai dari hukum, sejarah, ekonomi, hingga filsafat tentang seks.
Filsafat menyediakan prinsip-prinsip dan metode berpikir yang mendalam. Seperti yang dikatakan oleh Bambang Sugiharto melalui channel YouTube-nya, siapa pun yang mendalami suatu bidang hingga mencapai inti dari realitasnya akan berhadapan dengan filsafat. Ini karena salah satu karakter penting dari filsafat adalah bersifat radikal, yang berarti menggali hingga akar, substansi, dan makna dari suatu realitas.
Logika dan Argumen
Dalam mata kuliah filsafat, atau mata kuliah lain yang menggunakan filsafat sebagai pendekatan, sangat penting untuk mengembangkan tulisan atau esai yang memiliki struktur argumentasi yang jelas. Corak argumentasi ini mencerminkan semangat dan karakter filsafat itu sendiri.
Sebaliknya, tugas dalam bentuk tulisan eksposisi (expository) kurang cocok untuk kajian filsafat. Tulisan eksposisi lebih berfokus pada pemahaman dan penguasaan teori, sedangkan tulisan argumentasi bertujuan untuk melatih kemampuan menalar secara kritis. Dalam tulisan argumentasi, mahasiswa dituntut untuk menyampaikan pendapat mereka dan mendukungnya dengan argumen yang kuat. Tulisan semacam ini disebut thesis defence papers (tulisan yang mempertahankan tesis/gagasan).
Dalam konteks ini, logika memainkan peran yang sangat penting. Setiap tulisan argumentasi memiliki struktur logika tertentu. Oleh karena itu, wawasan tentang logika sangat diperlukan bagi mahasiswa. Tanpa dasar logika yang kuat, pendapat di bidang apa pun tidak layak untuk dipertimbangkan. Sejalan dengan pemikiran ini, Al-Ghazali dalam karyanya yang terkenal menyatakan bahwa “pendapat atau gagasan seseorang tidak pantas untuk dipertimbangkan jika ia tidak memahami logika.” Al-Ghazali bahkan menjadikan logika sebagai pengantar dalam karyanya tersebut.
Dalam tulisan ini, kita akan membahas logika deduktif. Deduksi adalah metode berpikir yang dimulai dari premis-premis yang ada. Argumen didefinisikan sebagai “dua atau lebih klaim (pernyataan atau penegasan), di mana semua kecuali satu disebut premis dan yang lainnya disebut kesimpulan. Premis dimaksudkan untuk memberikan dukungan logis terhadap kesimpulan.” Inilah yang disebut dengan logika silogisme.
Formula logika silogisme sebagaimana dijelaskan dalam buku Stramel adalah sebagai berikut:
- Premis
- Premis
- …
- …
- … n + 1 Kesimpulan
Jika sebuah argumen memiliki lima premis, maka premis keenam adalah kesimpulan. Argumen yang paling sederhana memiliki satu premis, sementara argumen yang lebih kompleks memiliki banyak premis. Bentuk standar dari argumentasi adalah kesimpulan atau ide yang dibangun dari dua premis, atau menyusun premis-premis untuk menghasilkan sebuah konklusi. Contoh dari argumen yang mendukung kebebasan berpendapat dan berekspresi adalah sebagai berikut:
- Memelihara akal (hifz al-aql) adalah kemaslahatan yang dijaga oleh agama.
- Kebebasan berpendapat dan berekspresi adalah bagian dari pemeliharaan akal.
- Maka, kebebasan berpendapat dan berekspresi adalah kemaslahatan yang dijaga oleh agama.
Dengan demikian, penting bagi mahasiswa untuk terus berlatih dalam berargumentasi, khususnya dalam mata kuliah filsafat atau filsafat hukum Islam. Latihan ini bisa dimulai dengan membaca tulisan yang bercorak argumentasi, dengan fokus pada identifikasi tesis/gagasan/kesimpulan serta premis-premis yang mendukungnya. Ini akan membuat aktivitas membaca menjadi lebih terarah dan bermakna.
Mengidentifikasi argumen dalam sebuah tulisan memang tidak mudah karena argumen sering kali tidak disusun dalam format standar seperti dalam contoh-contoh silogisme di buku-buku logika. Penulis sering kali tidak menyatakan secara eksplisit mana yang merupakan tesis/gagasan/kesimpulan dan mana yang merupakan premis/argumen. Gagasan atau tesis bisa muncul di awal, di tengah, atau di akhir tulisan. Premis-premis juga bisa dijelaskan secara mendalam dan terkait satu sama lain secara kompleks. Oleh karena itu, diperlukan upaya yang serius untuk memahami dan mengidentifikasi argumen dalam sebuah tulisan.
Salah satu cara untuk mengidentifikasi argumen, menurut Stramel, adalah dengan memperhatikan “petunjuk bahasa” (linguistic sign-post). Petunjuk bahasa ini menjadi indikator premis dan kesimpulan (tesis/gagasan). Kata-kata seperti “oleh karena itu,” “disebabkan oleh,” “sehingga,” biasanya diikuti oleh premis. Begitu juga dengan kata-kata seperti “menyarankan bahwa,” “menunjukkan bahwa,” “memperlihatkan bahwa,” dan “menentukan bahwa.” Misalnya, jika ada pernyataan: “..ada jaminan kebebasan berpendapat dan berekspresi menunjukkan bahwa (hukum) Islam menjadikan perlindungan terhadap akal (hifz al-aql) sebagai maslahat yang dituju oleh syariat.”
Di sisi lain, kata-kata seperti “karena,” “maka,” “oleh sebab itu,” “akibatnya,” “jadi,” biasanya diikuti oleh kesimpulan/gagasan/tesis. Contoh pernyataan yang menggunakan kata-kata ini adalah: “..karena perlindungan terhadap akal (hifz al-aql) menjadi bagian dari tujuan syariat, maka konsekuensinya kebebasan berpikir dan berpendapat adalah kemaslahatan yang harus direalisasikan. Tiadanya kebebasan akan menimbulkan madarat/bahaya bagi pemeliharaan akal.”
Setelah berlatih mengidentifikasi argumen, mahasiswa bisa berlatih bagaimana menuliskannya. Poin utama dalam menulis dengan corak argumentasi adalah menyusun kerangkanya terlebih dahulu. Kerangka ini dibuat dengan menyesuaikan struktur logika silogisme, yaitu dengan menentukan tesis/gagasan dan argumen-argumen pendukungnya. Argumen-argumen ini dalam logika disebut sebagai premis yang menguatkan gagasan (disebut konklusi dalam logika). Untuk membangun atau mengembangkan tesis/gagasan, mahasiswa bisa memulai dengan dua teknik: pertama, mengajukan pertanyaan terkait isu tertentu, kedua, mengajukan jawaban atas pertanyaan tersebut. Jawaban inilah yang disebut dengan tesis/gagasan.
Sebagai contoh, mahasiswa dapat bertanya: “Apakah pembagian waris dengan formula 1:1 antara laki-laki dan perempuan dapat diterima oleh sistem hukum Islam?” Misalnya mahasiswa menjawab: “Saya berpendapat pembagian waris dengan formula 1:1 adalah absah menurut sistem hukum Islam.” Jawaban inilah yang kemudian harus diargumentasikan berdasarkan premis-premis tertentu.
Banyak pertanyaan yang bisa diajukan sesuai dengan ketertarikan isu dan kegelisahan mahasiswa. Inilah cikal bakal tesis/gagasan. Tesis ini harus dipertahankan melalui berbagai argumen premis baik yang bersifat normatif maupun empiris. Termasuk dalam memperkuat tesis/gagasan adalah melakukan counter terhadap tesis/gagasan yang berlawanan. Selamat mencoba! (Royal Bukit Asri, 24 Januari 2021, diedit 26 Agustus 2024).
Discover more from Akademika
Subscribe to get the latest posts sent to your email.