Dialog tentang cinta antara Plato dan Sokrates bisa ditemukan dalam karya Plato yang berjudul Symposium. Dalam dialog ini, Sokrates, sebagai salah satu tokoh utama, mendiskusikan konsep cinta (eros) melalui percakapan dengan beberapa karakter lain, termasuk Alcibiades, Aristophanes, dan tokoh-tokoh filsafat lainnya. Meskipun Plato adalah penulis dialog ini, Sokrates tampil sebagai pusat argumen dan refleksi tentang cinta.
Sokrates, dalam Symposium, mengaitkan pemikirannya dengan konsep cinta platonis. Menurut pandangan Sokrates, cinta dimulai dari ketertarikan pada kecantikan fisik. Tetapi seiring dengan perkembangan pemahaman dan jiwa seseorang, cinta ini berubah menjadi apresiasi akan kecantikan batin dan nilai-nilai yang lebih tinggi, seperti kebenaran, kebajikan, dan kebijaksanaan.
Berikut beberapa poin penting dalam dialog antara Plato (melalui peran Sokrates) tentang cinta:
- Eros sebagai Penggerak Menuju Keindahan yang Lebih Tinggi: Sokrates menggambarkan cinta sebagai dorongan manusia untuk mencari keindahan dan kebaikan. Dalam hal ini, cinta bukan hanya soal ketertarikan fisik, tetapi juga perjalanan batin yang mengarah pada pengenalan kebenaran dan nilai-nilai moral.
- Cinta sebagai Jembatan Menuju Kebenaran: Dalam dialog ini, Sokrates menjelaskan melalui tokoh Diotima, seorang perempuan bijak, bahwa cinta adalah jembatan yang menghubungkan manusia dengan yang Ilahi. Cinta mengarahkan manusia untuk merenungkan keindahan sejati yang abadi, bukan hanya yang bersifat sementara atau fisik.
- Tangga Cinta (Ladder of Love): Salah satu ide sentral dari Sokrates adalah konsep tangga cinta, di mana seseorang mulai dengan mencintai satu tubuh yang indah, kemudian mengembangkan kecintaan terhadap semua tubuh yang indah. Dari sana, cinta berkembang menjadi penghargaan atas kecantikan jiwa, dan akhirnya cinta menjadi pencarian atas keindahan dan kebaikan mutlak.
- Cinta sebagai Dorongan Menuju Keabadian: Sokrates menyatakan bahwa cinta adalah dorongan untuk melahirkan sesuatu yang abadi, baik itu anak-anak secara fisik atau gagasan-gagasan yang bermakna secara spiritual dan intelektual. Dengan demikian, cinta mendorong manusia untuk menciptakan sesuatu yang melampaui hidupnya sendiri.
Dalam dialog ini, Sokrates memberikan perspektif filosofis yang mendalam tentang cinta. Sokrates mengajarkan bahwa cinta bukan hanya persoalan emosi, hasrat, dan tubuh tetapi juga tentang cara manusia mencapai kebijaksanaan dan kebenaran.