Pernahkah Anda merasa bahwa hidup di zaman modern begitu sibuk hingga terkadang kita lupa bertanya: apa yang membuat hidup ini bermakna? Dalam kesibukan mengejar rutinitas sehari-hari, kita sering terjebak dalam lingkaran pekerjaan tanpa akhir yang membuat kita bertanya-tanya, “Apakah hidup hanya tentang hal ini?”
Hannah Arendt, seorang filsuf asal Jerman, dalam bukunya The Human Condition (1958) mencoba menjawab pertanyaan ini. Menurut Arendt, hidup tidak sekedar mengisi waktu luang. Untuk itu perlu dipahami tiga aktivitas utama yang bisa membawa kebermaknaan hidup: labor (pekerjaan dasar), work (karya), dan action (tindakan).
Menurut Arendt, labor adalah kegiatan yang kita lakukan harian untuk memenuhi kebutuhan dasariah, seperti makan, tidur, dan bekerja untuk mendapatkan penghasilan. Kegiatan ini, menurut Arendt, sangat penting tetapi sifatnya sementara dan berulang. Artinya, tidak ada makna yang benar-benar mendalam dari kegiatan ini, karena fokusnya lebih pada pemenuhan kebutuhan dasar.
Kedua, work (karya). Berbeda dengan labor, work adalah aktivitas kreatif yang menghasilkan sesuatu yang lebih tahan lama. Misalnya, ketika manusia membuat karya tulis, seni, membangun rumah, atau menciptakan teknologi baru, manusia sebenarnya menciptakan sesuatu yang bisa bertahan lebih lama. Dengan work, kita berkontribusi pada dunia secara nyata. Hasil dari work ini seringkali diwariskan dari generasi ke generasi, sehingga berpotensi memberi dampak besar dalam jangka panjang.
Ketiga, action (tindakan). Aktivitas tertinggi menurut Arendt adalah social action, atau tindakan sosial. Ini adalah aktivitas yang memungkinkan kita untuk berinteraksi dengan orang lain di ruang publik, berdebat, berdiskusi, dan bertindak secara kolektif. Melalui action, kita bukan hanya menjalani hidup secara individual, tetapi juga bersama-sama menciptakan sejarah dan perubahan sosial.
Arendt menekankan bahwa action adalah bentuk kebebasan sejati karena kita dapat bertindak secara sosial dan politik di ruang publik. Dalam ruang publik ini ide dan pendapat yang beragam bertemu. Misalnya ketika kita berdiskusi tentang isu-isu penting, terlibat dalam kegiatan sosial-keagamaan, atau ikut serta dalam gerakan politik.
Keseimbangan antara Vita Activa dan Vita Contemplativa
Arendt juga memperkenalkan konsep vita activa dan vita contemplativa dalam bukunya. Vita activa adalah kehidupan yang berisi ketiga aktivitas di atas: labor, work, dan action. Dunia modern, kata Arendt, sangat mendorong manusia untuk menjalani vita activa—menjadi sibuk, produktif, dan berkontribusi. Namun, seringkali hal ini membuat kita lupa akan pentingnya waktu untuk berpikir dan merenung.
Di sinilah vita contemplativa atau kehidupan reflektif berperan. Dalam vita contemplativa, kita mengambil waktu untuk merenung, memahami makna dari apa yang kita lakukan, dan memikirkan tujuan hidup kita. Arendt melihat bahwa hidup yang penuh makna membutuhkan keseimbangan antara kedua gaya hidup ini. Jika manusia terlalu sibuk dan tidak meluangkan waktu untuk refleksi, manusia akan kehilangan pandangan tentang apa yang sebenarnya penting dalam hidup.
Keseimbangan Kehidupan Publik dan Privat
Arendt juga membahas pentingnya kehidupan publik dan privat. Menurutnya, Manusia membutuhkan ruang publik sebagai tempat untuk berinteraksi, berdiskusi, dan bertindak bersama orang lain. Di ruang publik inilah kebebasan sejati dapat ditemukan, karena kita tidak hanya bekerja atau memenuhi kebutuhan dasar, tetapi juga menciptakan perubahan sosial melalui interaksi dan diskusi.
Namun, dunia modern sering kali lebih mengisolasi manusia dalam kehidupan privat, membuat kita sibuk memenuhi kebutuhan individu tanpa banyak terlibat dalam kehidupan sosial yang lebih luas. Akibatnya, kita menjadi kurang peduli pada isu-isu publik dan lebih fokus pada urusan pribadi. Kehidupan yang terlalu terfokus pada urusan privat, menurut Arendt, akan membuat kita kehilangan kebebasan sejati, karena kebebasan hanya bisa dicapai saat kita bertindak dan berdialog bersama orang lain di ruang publik.
Bagi Arendt, kebebasan sejati adalah kebebasan untuk bertindak dan berpartisipasi di ruang publik yang memungkinkan adanya pluralitas atau keberagaman pandangan. Namun, di dunia modern, tantangan terbesar bagi kebebasan ini adalah teknologi dan berbagai media sosial yang sering kali mengisolasi kita dalam “gelembung” pandangan yang serupa.
Teknologi membuat kita seolah-olah terhubung, tetapi interaksi kita di media sosial sering kali dangkal dan tidak memungkinkan dialog yang mendalam. Kita cenderung hanya menampilkan citra diri yang ingin kita tunjukkan dan kurang terlibat dalam diskusi yang beragam. Arendt mengingatkan kita bahwa pluralitas dan kebebasan tidak bisa dicapai melalui kehidupan yang sepenuhnya privat atau interaksi yang dangkal. Kita harus mencari cara untuk kembali menciptakan ruang publik di mana kita bisa berdiskusi, mendengarkan berbagai sudut pandang, dan menciptakan perubahan sosial yang nyata.
Belajar dari Hannah Arendt
The Human Condition karya Arendt memberi kita pelajaran bahwa hidup tidak hanya tentang rutinitas sehari-hari, tetapi juga tentang menemukan makna dalam setiap tindakan dan hubungan kita dengan orang lain. Di dunia yang mendorong kita untuk terus aktif dan produktif, Arendt mengingatkan pentingnya untuk sesekali berhenti dan bertanya: “Apa tujuan dari semua ini?”
Untuk menjalani hidup yang lebih berarti, kita perlu menyeimbangkan antara kehidupan yang sibuk (vita activa) dan waktu untuk merenung (vita contemplativa). Hidup yang hanya fokus pada aktivitas tanpa refleksi akan terasa hampa, sementara hidup yang hanya diisi oleh refleksi tanpa tindakan juga kehilangan esensinya.
Dengan meluangkan waktu untuk berpikir tentang apa yang benar-benar penting, berani bertindak di ruang publik, dan berdialog dengan orang lain, kita bisa menjalani hidup yang penuh makna. Di dunia yang cepat dan serba sibuk ini, ingatlah bahwa kebahagiaan sejati ditemukan saat kita bertindak bersama, berpikir dalam, dan menciptakan makna dari setiap momen yang kita jalani, semoga!
(Sumber: Mengungkap Esensi manusia, The Human Condition by Hannah Arendt dalam https://youtu.be/1am1-HMnXvo?si=De4N3k7SJLNAmnQ2).
Discover more from Akademika
Subscribe to get the latest posts sent to your email.